Laman

Rabu, 22 April 2015

ALAT PERAGA WIRELESS INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Guru sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudikan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Oleh karena itu dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menghendaki bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009:297).
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Pasal 42 (1) menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber lainnya, bahan-bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan”. Kedudukan alat peraga merupakan bagian dari sarana yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. Sedangkan kedudukan alat peraga terkait dengan komponen metode mengajar merupakan salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan peserta didik (atau siswa) di lingkungan belajarnya. Hal ini dikarenakan obyek dalam pembelajaran matematika yang berupa fakta, konsep, prinsip dan skill/keterampilan merupakan benda pikiran yang sifatnya abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindera. Oleh karena itu wajar apabila pada umumnya matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu obyek dalam pembelajaran matematika diperlukan pengalaman melalui benda-benda nyata (konkrit) yaitu alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Konsep abstrak matematika yang disajikan dalam bentuk konkret akan lebih dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Kegiatan belajar mengajar yang menggunakan aalat peraga sangat besar artinya bagi keberhasilan belajar siswa. Diharapkan dengan menggunakan alat peraga siswa dapat melihat, meraba, mengungkapkan dengan memikirkan secara langsung obyek yang sedang mereka pelajari. Sehingga konsep abstrak yang sedang dipelajari dapat mengendap, melekat dan tahan lama dibenak pikiran siswa. Penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dengan aspek penanaman konsep, pemahaman konsep serta pembinaan keteramilan dan juga meningkatkan motivasi siswa.
Berdasarkan hal tersebut jabatan guru sebagai profesi harus selalu terpogram dan berkelanjutan. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang memang merupakan salah satu kegiatan yang dirancang untuk mewujudkan terbentuknya guru yang profesional. Salah satu jenis kegiatan PKB adalah melaksanakan karya inovatif.
Karya inovatif yang dimaksud dalam laporan ini adalah membuat/memodifikasi alat pelajaran/ peraga/ praktikum. Ilmu Fisika merupakan cabang sains yang membutuhkan kompetensi dalam bentuk audio, visual dan keterampilan dalam memahaminya. Menyadari akan kendala yang ada, maka penulis mencoba membuat alat peraga sederhana dalam memahami materi Induksi Elektromagnetik.

B.      Tujuan
Adapun tujuan kegiatan pembuatan alat peraga sederhana ini adalah untuk  meningkatkan kompetensi penulis sebagai guru, baik kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, maupun kompetensi sosial, juga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami induksi elektromagnetik.

C.      Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan  pengembangan diri ini adalah sebagai berikut:
1.   Bagi Siswa
Dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif dalam memahami proses terbentuknya Induksi elektromagnetik.
2.   Bagi Guru
Hasil pengembangan karya inovatif ini diharapkan dapat memberikan alternatif dalam penyajian media dalam pembelajaran yang dekat dengan aktivitas siswa, membantu dan mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran dikelas sesuai dengan kurikulum 2013.
3.   Bagi Sekolah
Hasil pengembangan karya inovatif ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada pelajaran fisika.
4.   Bagi Guru Lain
Hasil pengembangan karya inovatif ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan media pembelajaran serta menjadi referensi atau pilihan bagi pihak yang berkepentingan.


BAB II
LANDASAN TEORI



2.1 Bahan Ajar
            Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (Majid, 2012:173). Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2011:17). Darmadi (Yulianty, 2010) menyatakan bahwa bahan ajar secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditentukan dengan demikian pembelajaran melalui bahan ajar memungkinkan seorang peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran dan menguasai kompetensi yang ditetapkan.
            Dari beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang dapat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan kompetensi yang ditetapkan.
Rowntree (Hermansyah, 2012) memiliki sudut pandang yang berbeda dalam hal pengelompokkan jenis bahan ajar. Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok berdasarkan sifatnya, yaitu:
1.      Bahan ajar berbasiskan cetak, seperti buku, pamplet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari majalah dan koran, dan lain-lain.
2.      Bahan ajar berbasis teknologi, seperti audiocassette, siaran radio, slide, filmstrips, siaran televisi, dan video interaktif.
3.      Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, seperti kit sains, alat peraga,
4.      lembar observasi, lembar wawancara, dan lain-lain
5.      Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama dalam pendidikan jarak jauh), seperti telepon dan video conferencing.
            Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi guru dan fungsi bagi siswa (Prastowo, 2011: 24).
Fungsi bahan ajar bagi guru, antara lain:
a.       Menghemat waktu pendidik dalam mengajar
b.      Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator
c.       Meningkatkan proses pembelajaran  menjadi lebih efektif dan interaktif
d.      Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepaada peserta didik
e.       Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.
Fungsi bahan ajar bagi siswa, antara lain:
a.       Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau siswa yang lain
b.      Siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki
c.       Siswa dapat belajar  sesuai kecepatannya masing-masing
d.      Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri
e.       Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri
f.       Sebagai pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.
Dengan demikian fungsi bahan ajar yaitu sebagai pedoman bagi guru dalam mengarahkan kegiatan pembelajaran, sebagai pedoman bagi siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai, dan sebagai alat evaluasi pembelajaran. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa lebih terbantu dan mudah dalam belajar.

2.2 Pentingnya Alat Peraga
Pengertian Alat Peraga Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan 1. siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata sehingga materi pembelajaran mudah dipahami, 2. dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, 3. dapat mendorong siswa mengingat apa yang sudah dipelajari. Menurut Estiningsih(1994) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari. Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu memahami arti dari konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, memanipulasi obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang arti dari suatu konsep. Contoh dari alat peraga Papan tulis, buku tulis, daun pintu yang berbentuk persegi panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru membelajarkan mengenai konsep materi geometri datar, sedangkan pensil, kapur, lidi dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat memperkenalkan bilangan kepada siswa dengan cara membilang banyaknya anggota dari kelompok benda, sehingga pada akhir membilang akan ditemukan bilangan yang sesuai dengan kelompok benda tersebut.
Banyak orang memandang bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang amat sulit, meskipun demikian semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari serta fisika merupakan ilmu pengetahuan yang merupakan dasar dalam mempelajari teknologi.

2.2 ALAT PERAGA
            Alat Peraga merupakan alat bantu mengajar dalam melakukan interaksi dengan siswa dan untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap pelajaran yang harus dikuasai, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan alat peraga oleh guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai.Merujuk keterangan tersebut, guru harus senantiasa mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan dalam setiap pembelajarannya.
Kriteria alat peraga Beberapa kriteria pemilihan alat peraga
1. Alat peraga dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai kompetensinya oleh siswa
2. Alat peraga dapat membantu memahami konsep materi pembelajaran dan bukan sebaliknya
3. Alat peraga mudah diperoleh atau dibuat oleh guru
4. Alat peraga mudah penggunaannya
5. Alat peraga disesuaikan dengan tahap berpikir siswa



BAB III
LAPORAN KEGIATAN PEMBUATAN KARYA INOVATIF

Alat peraga yang digunakan terdiri atas dua buah kumparan tembaga yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa dalam kawat berarus mampu menghasilkan medan magnet, dan medan magnet yang menembus penampang kumparan secara tegak lurus mengakibatkan perubahan fluks sehingga menghasilkan GGL induksi. Berikut rincian alat peraga dalam materi Induksi Elektromagnetik.
1.      Nama Alat                         :
Wireless sebagai alat Induksi Elektromagnetik

2.      Alat dan Bahan                 :
a)      Kawat email
b)      Solder
c)      Timah
d)      Cutter
e)      Baterai 1,5V sebanyak 2 buah
f)       Transistor
g)      Resistor
h)      Lampu led

3.      Prosedur pembuatan alat :
a)      Gulung kawat email tembaga pertama sebanyak 15 gulungan, lalu buatlah TAP kemudian lanjutkan gulungan kawat sebanyak 15 gulungan. Jangan lupa untuk mengupas ujung kawat menggunakan cutter.
b)      Hubungan gulungan kawat pertama tersebut dengan baterai 3V, transistor, resistor, serta LED menggunakan solder pada kumparan kedua seperti pada lampiran I.
c)      Gulung kawat email tembagakedua sebanyak 30 gulungan dengan diameter 5 cm lalu solder kedua ujung kawat yang telah dikupas sambungkan dengan LED.

4.      Penggunaan alat peraga  :
a)      Hubungkan kumparan pertama dengan baterai
b)      Dekatkan kumparan kedua dengan kumparan pertama
c)      LED pada kumparan kedua akan menyala yang menandakan bahwa pada kumparan kedua timbul arus listrik yang disebut sebagai arus induksi.
d)      Foto penggunaan pada lampiran II.






BAB III
PENUTUP


A.     KESIMPULAN
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga mampu meningkatkan kemampuan pedagogik guru hal ini terlihat dengan kemampuan guru dalam mennciptakan pengalaman belajar siswa dengan baik. Dari kegiatan terlihat siswa sangat antusias melihat pembuatan dan penggunaaan alat peraga wireless. Semakin dekat jarak antara kedua kumparan maka LED semakin terang.




Lampiran I


Gambar 1. Alat –alat yang digunakan

Gambar 2. Diagram rangkaian wireless




Gambar 3. Bentuk gulungan kawat email

Gambar 4. Kumparan pertama

Gambar 5. Kumparan kedua
Lampiran II
Berikut petunjuk penggunaan wireless.

Gambar 6. Kumparan kedua dijauhkan dari kumparan pertama


Gambar 7. Kumparan kedua didekatkan dengan kumparan pertama